KANDIDAT PERUSAHAAN

Jadi Petani dan Nelayan Kekinian, Kayak Gimana Sih?

14 Juli 2021 12:07 2292 KALI DIBACA 0 KOMENTAR 0 KALI DIBAGIKAN

Teknologi informasi setiap tahunnya terus mengalami perkembangan. Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi, berbagai sektor industri berusaha beradaptasi.

 

Begitupun dengan industri di sektor pertanian dan perikanan. Tanpa teknologi, sektor pertanian dan perikanan tak mungkin bisa mencukupi kebutuhan penduduk yang jumlahnya terus bertambah.

 

Dengan potensi alam yang melimpah didukung peran generasi muda, Indonesia seharusnya mampu mengoptimasi teknologi modern untuk memajukan bidang pertanian dan perikanan.

 

Diharapkan petani dan nelayan di era sekarang mampu menciptakan inovasi berbasis teknologi demi menggenjot produktivitas pertanian dan perikanan dalam negeri seraya membangun pemerataan kesejahteraan di berbagai daerah.

 

APINDO UMKM AKADEMI 24 Maret 2021 kemarin kembali mengadakan webinar UMKM berjudul Petani dan Nelayan Modern Itu Kaya Apa Sih? Narasumber yang hadir diantaranya Goris Mustaqim Founder Semut Nusantara dan Fakhrudin Al Rozi Divisi Cold Storage Koperasi Inka Bantul VII Projo Mino.

 

Dalam materi webinarnya Fakhrudin Al Rozi menceritakan kegiatan nelayan sehari-hari di lokasi pelabuhan perikanan pantai Kabupaten Sadeng, Gunungkidul, DIY. Saat ini ia beserta anggota nelayan lain melakukan penangkapan ikan dengan kapal purse seine atau jaring lingkar, dengan alat tangkap yang sudah diatur regulasi.

 

Koperasi Inka Bantul VII Projo Mino juga berinovasi dengan mengolah ikan tangkapan dengan target pasar ekspor. Harapannya adalah sebagai nilai tambah bagi nelayan, target pasar yang lebih luas, dan daya simpan yang lebih lama. Sedangkan untuk menjangkau pasar lokal Koperasi Inka Bantul melakukan proses pengolahan ikan pindang.

 

“Falsafah yang kami usung adalah gotong royong, semua kekuatan yang kita punya bisa saling berintegrasi, dalam satu koperasi untuk maju bersama” jelas Fakhrudin Al Rozi.

 

Menurut Rozi ada beberapa tantangan yang dihadapi untuk mengajak nelayan bergabung dalam koperasi, diantaranya kemauan untuk membayar iuran wajib koperasi, mengikuti pelatihan, dan mengikuti rapat anggota tahunan.

 

Rozi juga memaparkan komponen yang harus disiapkan agar nelayan bisa naik kelas. Pertama kemampuan teknis bagaimana mencari ikan dengan mutu bagus dengan sistem rantai dingin. Kedua organisasi dan manajemen, termasuk legalitas dan pemasaran. Dan yang terakhir permodalan.

 

Goris Mustaqim Founder Semut Nusantara juga berbagi pengalamannya. Menurut Goris hampir 90% lebih petani dan nelayan butuh diberdayakan, hal itulah yang menginspirasinya mendirikan Semut Nusantara sebagai teman sektor swasta untuk mengurus community development.

 

“Kita melakukan pendampingan dengan aktivitas utama investasi di local champion/penggerak-penggerak petani dan nelayan melalui coaching, mentoring, dan pendampingan dengan output dan outcomenya meningkatkan kesejahteraan agar mereka bisa mandiri” jelas Goris Mustaqim.

Komentar